Senin, 06 Februari 2023

Bosan Hidup

 Terlalu lelah sudah aku mengejar dunia, namun tiada yang kudapatkan....

Lelah.... benar benar lelah .......

Lelah ku yang tak bermanfaat.....

Lelah ku sia sia .....

Lelah ku ......

Ya Allah .... Astaghfirullah .....

ILAHI ANTA MAQSUDI WA RIDHOKA MATLUBI A'TINI MAHABBATAQA WA MAGHRUFATAQ......


Usnaini Ichsan

Senin, 25 Juli 2022

Astaghfirullah .....

 Ya Allah .....

Astaghfirullah .... Astaghfirullah .... Astaghfirullah .... Astaghfirullah .... Astaghfirullah .....................................

Ya Allah .....

Jumat, 18 Maret 2022

" Dalam Diam'

Dalam Diam' aku berjanji tuk menjaga Mu Hingga Menutup UsiaKu.
Dalam Diam' aku akan selalu menjaga Mu walaupun aku tersakiti.
Dalam Diam' aku tak kan pernah tuk meninggal kan Mu .
Dalam Diam' aku rela dan Ikhlas kau Dustai aku. Kau Sakiti Aku. Kau Hina Aku. Bahkan kau Hancurkan Aku sehancur hancurnya hingga tak berdaya sama sekali.
Dalam Diam' ku biarkan kau melakukan semua itu untuk kepuasan Mu, KengininanMu.
Dan Dalam Diam Ku berkata : Sampai kapan kau terus Begini.
Dan Dalam Diam Ku " SELAMAT TINGGAL, MAAF LAHIR dan BATHIN.

Senin, 02 Mei 2016

" BELAJAR UNTUK SELALU RENDAH HATI "

Setiap manusia selalu ingin mendapatkan perhatian, pengakuan, pujian, dan menunjukkan kepada orang lain bahwa ia bisa menjadi sosok yang paling baik. Tapi bagaimana ya, jika hal itu didapat secara berlebihan? Tentu yang muncul justru rasa sombong, egois,  iri hati, dan sejenisnya, 
Hal-hal itulah yang justru akan menumpulkan rasa rendah hati di dalam diri. Lalu, bagaimana caranya agar kita sebagai manusia dapat selalu bersikap rendah hati? Tidak perlu bingung, mari belajar bersama-sama dari poin-poin di bawah ini.
1.Berbicara sedikit mungkin tentang diri sendiri
Siapa yang tidak suka menjadi pusat perhatian? Binatang peliharaan pun sering mencuri perhatian majikannya. Tanpa disadari manusia juga sering mencari perhatian dengan mengatakan kata-kata yang sebetulnya kurang penting untuk diucapkan dan berlebihan.
Banyak orang membuat sensasi agar dijadikan bahan pembicaraan khalayak ramai tentang kelebihan yang ada dalam diri mereka. Sesungguhnya, tidak ada manfaat sama sekali dari semua tindakan tersebut. Biarkan orang lain mengetahui segala kehebatan dan keunggulanmu dari orang-orang yang telah melihatnya lebih dulu.
Jika kamu ingin merasa dihargai oleh orang lain, maka hal tersebut harus bermula pada dirimu sendiri dengan cara menghargai orang lain terlebih dahulu.
2. Jangan mencampuri urusan orang lain
Hindari rasa ingin tahu yang berlebihan dan jangan sekali-kali mencampuri urusan orang lain jika hal tersebut tidak ada sangkut pautnya denganmu. Terlalu ikut campur dengan masalah orang lain justru akan membawamu pada masalah baru yang lebih rumit.
3. Toleransi
Terimalah setiap pertentangan dengan kegembiraan. Jika dalam suatu rapat ada dua puluh orang, maka akan ada dua puluh pendapat juga dalam rapat tersebut. Tapi jangan sekali-kali menjadikan sebuah perbedaan pendapat sebagai cikal bakal lahirnya konflik.
Untuk belajar menerapkan rasa rendah hati, di perlukan rasa toleransi yang tinggi. Hargai dan terima setiap perbedaan yang ada. Tanamkan sikap siap mengalah dalam perbedaan pendapat walaupun kamu yang benar.
4. Jangan pusatkan perhatian pada kesalahan orang lain
Setiap manusia pasti pernah berbuat salah, tapi jangan pernah menyimpan kesalahan orang lain lalu mengungkitnya di kemudian hari. Jika kamu suka menyimpan kesalahan orang lain, itu berarti kamu mengganggap dirimu lebih baik dari orang tersebut.
Padahal, setiap manusia tentu punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing.So, bersikaplah rendah hati. Karena kamu pasti senang jika orang lain memaafkan kesalahanmu. Bersikaplah sopan dan peka sekalipun orang lain memancing amarah kamu.
5.Jangan mencoba agar dikagumi atau dicintai
Rendah hati berarti tidak sombong, menyamaratakan dirinya setara dengan orang lain. Tidak timpang tindih dalam menilai suatu keberadaan seseorang. Siapa yang tidak suka karakteristik manusia seperti itu? Jangankan manusia, Tuhan pun senang.
Jadi jika kamu ingin disenangi banyak orang dan sang Pencipta, belajarlah untuk selalu rendah hati. Tidak usah berkecil hati sekalipun kamu merasa dipandang rendah dan merasa tidak diperhatikan oleh orang-orang di sekitarmu.

Kamis, 04 Februari 2016

' JANGAN SAMPAI TINGGALKAN SHALAT 5 WAKTU "


Tak kenal maka tak sayang. Peribahasa ini nampaknya menjadi sebab utama, kenapa banyak dari kaum muslimin tidak mengerjakan shalat. Tak usah jauh-jauh untuk melaksanakan sholat sunnah, sholat 5 waktu yang wajib saja mereka tidak kerjakan padahal cukup 10 menit waktu yang diperlukan untuk melaksanakan shalat dengan khusyuk. Bukan sesuatu yang mengherankan, banyak kaum muslimin bekerja banting tulang sejak matahari terbit hingga terbenam. Pertanyaannya, kenapa mereka melakukan hal itu? Karena mereka mengetahui bahwa hidup perlu makan, makan perlu uang, dan uang hanya didapat jika bekerja. Karena mereka mengetahui keutamaan bekerja keras, maka mereka pun melakukannya. Oleh karena itu, dalam tulisan yang singkat ini, kami akan mengemukakan pembahasan keutamaan shalat lima waktu dan hukum meninggalkannya. Semoga dengan sedikit goresan tinta ini dapat memotivasi kaum muslimin sekalian untuk selalu memperhatikan rukun Islam yang teramat mulia ini.
Kedudukan Shalat dalam Islam
Shalat memiliki kedudukan yang agung dalam islam. Kita dapat melihat keutamaan shalat tersebut dalam beberapa point berikut ini[1].
1) Shalat adalah kewajiban paling utama setelah dua kalimat syahadat dan merupakan salah satu rukun islam
Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda, “Islam itu dibangun di atas lima perkara, yaitu: bersaksibahwa tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke Baitulloh, dan berpuasa pada bulan Ramadhan.”[2]
2) Shalat merupakan pembeda antara muslim dan kafir
Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda, “Sesungguhnya batasan antara seseorang dengan kekafiran dan kesyirikan adalah shalat. Barangsiapa meninggalkan shalat, maka ia kafir” [3]. Salah seorang tabi’in bernama Abdullah bin Syaqiq rahimahullah berkata, “Dulu para shahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah menganggap suatu amal yang apabila ditinggalkan menyebabkan kafir kecuali shalat.”[4]
3) Shalat adalah tiang agama dan agama seseorang tidak tegak kecuali dengan menegakkan shalat
Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Inti (pokok) segala perkara adalah Islam dan tiangnya (penopangnya) adalah shalat.”[5]
4) Amalan yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala  mengatakan,’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.”  Dalam riwayat lainnya, ”Kemudian zakat akan (diperhitungkan) seperti itu. Kemudian amalan lainnya akan dihisab seperti itu pula.”[6]
5) Shalat merupakan Penjaga Darah dan Harta Seseorang
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ”Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mau mengucapkan laa ilaaha illalloh (Tiada sesembahan yang haq kecuali Allah), menegakkan shalat, dan membayar zakat. Apabila mereka telah melakukan semua itu, berarti mereka telah memelihara harta dan jiwanya dariku kecuali ada alasan yang hak menurut Islam (bagiku untuk memerangi mereka) dan kelak perhitungannya terserah kepada AllaTa’ala.”[7]
Keutamaan Mengerjakan Shalat 5 waktu
Shalat memiliki keutamaan-keutamaan berupa pahala, ampunan dan berbagai keuntungan yang Allah sediakan bagi orang yang menegakkan sholat dan rukun-rukunnnya dan lebih utama lagi apabila sunnah-sunnah sholat 5 waktu dikerjakan, diantara keutamaan-keutamaan tersebut adalah:
1) Mendapatkan cinta dan ridho Allah
Orang yang mengerjakan shalat berarti menjalankan perintah Allah, maka ia pantas mendapatkan cinta dan keridhoan Allah. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah (wahai muhammad): “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31)
2) Selamat dari api neraka dan masuk kedalam surga
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al Ahzab: 71). Syaikh Abu Bakr Jabir Al JazairiRahimahullahu ta’ala berkata, “Yang dimaksud dengan kemenangan dalam ayat ini adalah selamat dari api neraka dan masuk kedalam surga”[8]. Dan melaksanakan sholat termasuk mentaati Allah dan Rasul-Nya.
3) Pewaris surga Firdaus dan kekal di dalamnya
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman … dan orang-orang yang memelihara sholatnya mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al Mu’minun: 1-11)
4) Pelaku shalat disifati sebagai seorang muslim yang beriman dan bertaqwa
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al Baqarah: 2-3)
5) Akan mendapat ampunan dan pahala yang besar dari  Allah
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu’min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta’atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al Ahzab: 35)
6) Shalat tempat meminta pertolongan kepada Allah sekaligus ciri orang yang khusyuk
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (QS. Al Baqarah: 45)
7) Shalat mencegah hamba dari Perbuatan Keji dan Mungkar
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Ankabut: 45)
Hukum Meninggalkan Shalat
Di awal telah dijelaskan bahwa shalat merupakan tiang agama dan merupakan pembeda antara muslim dan kafir. Lalu bagaimanakah hukum meninggalkan shalat itu sendiri, apakah membuat seseorang itu kafir?
Perlu diketahui, para ulama telah sepakat (baca: ijma’) bahwa dosa meninggalkan shalat lima waktu lebih besar dari dosa-dosa besar lainnya. Ibnu Qayyim Al Jauziyah –rahimahullah– mengatakan, ”Kaum muslimin bersepakat bahwa meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.”[9]
Adapun berbagai kasus orang yang meninggalkan shalat, kami dapat rinci sebagai berikut:
Kasus pertama: Meninggalkan shalat dengan mengingkari kewajibannya sebagaimana mungkin perkataan sebagian orang, ‘Sholat oleh, ora sholat oleh.’ [Kalau mau shalat boleh-boleh saja, tidak shalat juga tidak apa-apa]. Jika hal ini dilakukan dalam rangka mengingkari hukum wajibnya shalat, orang semacam ini dihukumi kafir tanpa ada perselisihan di antara para ulama.
Kasus kedua: Meninggalkan shalat dengan menganggap gampang dan tidak pernah melaksanakannya.  Bahkan ketika diajak untuk melaksanakannya, malah enggan. Maka orang semacam ini berlaku hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menunjukkan kafirnya orang yang meninggalkan shalat. Inilah pendapat Imam Ahmad, Ishaq, mayoritas ulama salaf dari shahabat dan tabi’in. Contoh hadits mengenai masalah ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.”[10]
Kasus ketiga: Tidak rutin dalam melaksanakan shalat yaitu kadang shalat dan kadang tidak. Maka dia masih dihukumi muslim secara zhohir (yang nampak pada dirinya) dan tidak kafir. Inilah pendapat Ishaq bin Rohuwyah yaitu hendaklah bersikap lemah lembut terhadap orang semacam ini hingga dia kembali ke jalan yang benar. Wal ‘ibroh bilkhotimah (Hukuman baginya dilihat dari keadaan akhir hidupnya).[11]
Kasus keempat: Meninggalkan shalat dan tidak mengetahui bahwa meninggalkan shalat membuat orang kafir. Maka hukum bagi orang semacam ini adalah sebagaimana orang jahil (bodoh). Orang ini tidaklah dikafirkan disebabkan adanya kejahilan pada dirinya yang dinilai sebagai faktor penghalang untuk mendapatkan hukuman.
Kasus kelima: Mengerjakan shalat hingga keluar waktunya. Dia selalu rutin dalam melaksanakannya, namun sering mengerjakan di luar waktunya. Maka orang semacam ini tidaklah kafir, namun dia berdosa dan perbuatan ini sangat tercela sebagaimana Allah berfirman (yang artinya), “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (QS. Al Maa’un [107] : 4-5)[12]
Nasehat Berharga: Jangan Tinggalkan Shalatmu!
Amirul Mukminin, Umar bin Al Khoththob –radhiyallahu ‘anhu– mengatakan, “Sesungguhnya di antara perkara terpenting bagi kalian adalah shalat. Barangsiapa menjaga shalat, berarti dia telah menjaga agama. Barangsiapa yang menyia-nyiakannya, maka untuk amalan lainnya akan lebih disia-siakan lagi. Tidak ada bagian dalam Islam, bagi orang yang meninggalkan shalat.“
Imam Ahmad –rahimahullah– juga mengatakan perkataan yang serupa, “Setiap orang yang meremehkan perkara shalat, berarti telah meremehkan agama. Seseorang memiliki bagian dalam Islam sebanding dengan penjagaannya terhadap shalat lima waktu. Seseorang yang dikatakan semangat dalam Islam adalah orang yang betul-betul memperhatikan shalat lima waktu. Kenalilah dirimu, wahai hamba Allah. Waspadalah! Janganlah engkau menemui Allah, sedangkan engkau tidak memiliki bagian dalam Islam. Kadar Islam dalam hatimu, sesuai dengan kadar shalat dalam hatimu.“[13]
Ibnul Qoyyim mengatakan, “Iman adalah dengan membenarkan (tashdiq). Namun bukan hanya sekedar membenarkan (meyakini) saja, tanpa melaksanakannya (inqiyad). Kalau iman hanyalah membenarkan (tashdiq) saja, tentu iblis, Fir’aun dan kaumnya, kaum sholeh, dan orang Yahudi yang membenarkan bahwa Muhammad adalah utusan Allah (mereka meyakini  hal ini sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka), tentu mereka semua akan disebut orang yang beriman (mu’min-mushoddiq).“[14]
Semoga tulisan sederhana ini dapat memotivasi kita sekalian dan dapat mendorong saudara kita lainnya untuk lebih perhatian terhadap shalat lima waktu. Hanya Allah yang memberi taufik. [15]
Penulis: Rahmat Ariza Putra
Di ambil dari Artikel Buletin At Tauhid

Rabu, 04 November 2015

" REZEKI BANYAK BENTUKNYA "

Kemarin hujan mulai jam 9 pagi, seorang tukang rujak numpang berteduh di teras ruko saya.
Masih penuh gerobaknya, buah-buah tertata rapi. Kulihat beliau membuka buku kecil, rupanya Al Quran. Beliau tekun dengan Al-Qurannya. Sampai jam 10 hujan blm berhenti.
Saya mulai risau karena sepi tak ada pembeli datang.
Saya keluar memberikan air minum.
“Kalau musim hujan jualannya repot juga ya, Pak… ” .. “Mana masih banyak banget.”
Beliau tersenyum, “Iya bu.. Mudah-mudahan ada rejekinya.. .” jawabnya.
“Aamiin,” kataku.
“Kalau gak abis gimana, Pak?”. tanyaku.
“Kalau gak abis ya risiko, Bu.., kayak semangka, melon yang udah kebuka ya kasih ke tetangga, mereka juga seneng daripada kebuang. kayak bengkoang, jambu, mangga yang masih bagus bisa disimpan. Mudah-mudahan aja dapet nilai sedekah,” katanya tersenyum.
“Kalau hujan terus sampai sore gimana, Pak?” tanyaku lagi.
“Alhamdulillah bu… Berarti rejeki saya hari ini diizinkan banyak berdoa. Kan kalau hujan waktu mustajab buat berdoa bu…” Katanya sambil tersenyum.
“Dikasih kesempatan berdoa juga rejeki, Bu…”
“kalau gak dapet uang gimana, Pak?” tanyaku lagi.
“Berarti rejeki saya bersabar, Bu… Allah yang ngatur rejeki, Bu… Saya bergantung sama Allah.. Apa aja bentuk rejeki yang Allah kasih ya saya syukuri aja. Tapi Alhamdulillah, saya jualan rujak belum pernah kelaparan.
“Pernah gak dapat uang sama sekali, tau tau tetangga ngirimin makanan. Kita hidup cari apa Bu, yang penting bisa makan biar ada tenaga buat ibadah dan usaha,” katanya lagi sambil memasukan Alqurannya ke kotak di gerobak.
“Mumpung hujannya rintik, Bu… Saya bisa jalan ..Makasih yaa ,Bu…”
Saya terpana… Betapa malunya saya, dipenuhi rasa gelisah ketika hujan datang, begitu khawatirnya rejeki materi tak didapat sampai mengabaikan nikmat yang ada di depan mata.
Saya jadi sadar bahwa rizki hidayah, dapat beribadah, dapat bersyukur dan bersabar adalah jauh…jauh lebih berharga daripada uang, harta dan jabatan…

Kamis, 15 Oktober 2015

' WANITA TEGAR "


Suatu hari ada suatu kejadian yang sama sekali tidak pernah kubayangkan...
Seorang wanita sedang menagis terisak-isak, meratapi jalan kehidupannya... dia menangis dan terus menangis sampai matanya bengkak...
apa yang terjadi?
Ternyata dia baru saja dimarahi habis-habisan oleh suaminya. Dengan mudahnya sang suami memaki dan memukuli. Apa kesalahan wanita itu? segitu besarkah kesalahannya sehingga harus dimaki dan disakiti.... Usut punya usut ternyata itu bukan kejadian yang pertama. Suaminya adalah seorang laki-laki yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan tentu saja penghasilannya juga tidak tetap. seorang laki-laki yang sangat egois. Mungkin bisa dibilang laki-laki yang kurang bertanggung jawab.
mengapa demikian?
siistri yang sudah bekerja keras untuk menghidupan rumah tangga dengan berangkat pagi dan pulang sore, sesampai di rumah suaminya marah-marah karena dia merebahkan diri untuk menghilangkan penat. Suaminya tidak menerima, yang dia inginkan adalah sepulang kerja seharusnya siistri langsung mengerjakan pekerjaan rumah, karena sang suami merasa capek sudah membereskan rumah sewaktu istri pergi bekerja....
Ternyata sang suami sering mengungkit-ngungkit apa yang sudah dilakukan tanpa pernah melihat apa yang sudah dilakukan sang istri untuk dirinya dan anak-anak...
wanita itu terus menangis dan menangis... dengan suara yang serak dan terbata-bata cerita itu perlahan tapi pasti mengalir dari mulutnya...
Sebegitu dalam luka itu...
Sebenar ia tidak ingin menceritakan hal itu, namun dia tidak kuat, dia butuh orang tempat berbagi untuk mendengarkan keluh kesahnya...
karena sesungguhnya dia bisa menerima semua itu, dia mencoba untuk menjalani dengan sekuat tenaga demi buah hati tersayang....
dia tidak ingin hati buah hatinya terluka dan tersakiti, dia tidak ingin buah hatinya menjadi korban keegoisannya
dia juga merasa kok kalau rezeki yang dia dapatkan juga merupakan rezeki sang suami... karena dia sangat yakin kalau Allah memberikan jalan yang terbaik untuk dia...
dan dia berhadrap  dengan ikhlas dan tetap hormat pada suami dalam keadaan apapun semoga Allah mengampuni dosa ayah bundanya...
Subhanallah.... apa yang difikirkannya.... apakah dia benar-benar wanita yang tabah dan kuat. atau dia hidup dalam kepasrahan karena sudah tidak dapat berbuat apa-apa...
siapa yang bisa menjawab... hanya dia dan Allah yang tau...
Cerita itu berhenti dan bibirnya kembali dihiasi senyuman yang tulus...
Hatiku terenyuh...
terbuat dari apa hati wanita ini....
Ya Allah berilah dia kemudahan, lapangkan rezekinya, dan sentuhlah hati suaminya agar sang suami menyadari akan hak dan kewajibannya sebagai seorang ayah dan suami...
Semoga Allah memberi kelembutan perilaku dan kata-kata pada sang suamin...  

                                                                                                                             BY : FATRI AMIDA